Rabu, 04 Februari 2015

Ketingalipun, Kulo Kangen ...

tanggal 31 di bulan Januari memang sudah lewat. 
Tapi tak apa. 
Tidak ada kata tepat waktu atau terlambat. sama seperti suratku kali ini, kutujukan pada mereka yang untuk mencintai tak ada patokan mulai dan akhirnya.

Assalamualaikum.
"Pripun kabare pak, buk? Sae? Saben dinten ketemu teng griyo, nanging kok tasih dereng sempet ngobrol kathah nggih, hehe. Ketingalinipun, kulo kangen."

Sedikit kupraktekan bahasa yang seharusnya jadi bahasa utamaku sehari-hari. bahasa Solo. bahasa halus, krama inggil. tapi sayangnya, dasar manusia tak bisa cocok dengan polah-tingkahnya, jadi ya susah, haha. 

Aku memang tidak pandai dalam memilih diksi yang sekiranya halus atau tidak ketika didengarkan. bukan pula orang yang fasih dalam menyatakan maksud saat bercakap juga berdebat. seringnya aku adalah manusia ceroboh tingkat akut juga komunikan paling lambat ketika bersua dan berbagi cerita. apapun itu, aku tetaplah anak perempuan paling salah tingkah dan tidak tau menahu ketika ingin menyatakan rasa sayangnya pada kalian, sepasang manusia yang selalu kutunggu gema suaranya dirumah.
Untuk memulai pesan ini saja aku musti membiarkan mataku beradu pandang dengan papan ketik laptopku. Mungkin mencoba memilah huruf mana yang patut kutekan. Sebentuk tindakan preventif jikalau kalian membacanya, aku tak perlu bersembunyi dibalik ekspresi wajahku yang nantinya kupaksakan untuk biasa saja. 
Berbicara cinta, tentu saja aku jatuh cinta. Sebentuk emosi yang mulainya saja tak tahu kapan. Bisa saja ketika usiaku belum genap satu minggu. atau saat aku mulai mampu mengenali siapa saja yang ada didekatku. atau ketika aku menangis dan siapa yang menggendong dan mengelus pipi kecilku dulu. Entah. tapi kusimpulkan saja, dengan catatan usiaku sekarang, aku tahu aku jatuh cinta pada kalian dalam awal yang tak pernah ada akhirnya.

Terimakasih.
Atas kecupanmu tiap kali aku berangkat sekolah. atas nada marahmu tiap aku bertindak kelewat batas. juga atas segala pemaklumanmu tiap kebodohanku terulang kesekian kalinya.
Jika saja aku cukup berani menyuratkan langsung ketikanku ini, mungkin, bisa saja kita berbincang dan menjadikan surat ini topik utama.
Apapun, aku mencintai kalian tiada batas dan akhirnya.


dari anak perempuan yang minusnya paling tebal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar