Kamis, 20 November 2014

Abjad itu Suaramu

aku cukup bahagia hari ini, sungguh.
sudah dari Senin kemarin sampai hari ini otakku tak perlu dipaksa berdiam terlalu lama dan mengeras di sebuah rutinitas berbalok ruang kelas, jadi sekarang aku serasa bebas saja. Dan tentulah sangat membahagiakan, haha.

Selain itu, hal menyenangkan lainnya ketika beberapa hari lalu akhirnya, adrenalinku terpompa pada titik tertingginya. aku, dengan begitu berani, meminta mu menyempatkan waktu untuk sekedar bersua kata, walau sebatas suara, tanpa tatap muka. dasar lain, mungkin, karena topeng gengsiku pun luruh satu persatu berbarengan dengan tumpah ruahnya emosi berlabel rindu di sekujur indera perasaku sejauh aku mencoba menghindarinya. semakin menjauh semakin mendekat, bahkan menempel tak mau lepas. Terimakasih sangat untuk seorang yang entah aku tak tau seberapa pintar dan jeniusnya hingga mampu membuat ikon huruf kapital warna hijau itu mampu mengayemkan sebentuk sugesti bawah sadar, dengan cara mempertemukan kami via suara, tanpa harus merogoh kantong dan mengeluh kalo biaya untuk mendengar suaranya saja sangatlah mencekik dan menberatkan. ya, hanya sebatas getaran pita suara, aku bisa yakin kau ada dan mendengarkanku barang berapa menit disana.
itu cukup. karena aku memang merindukan suaramu. terlampau bosan mendengar dering notifikasi pesan entah aplikasi chatting yang mana saja, karena selama ini ku tau kabarmu sejauh apa yang kulihat dilayar telepon genggamku. miris. lebih miris lagi ketika aku dipaksa untuk berimajinasi bahwa cuma aku yang merindu. cuma sisiku yang menunggu. ah sial.

sembari mengetik ini, aku masih mengetikkan abjad-abjad di aplikasi percakapan itu, membalas apapun yang kita bahas, entah pada dasarnya aku mengerti atau tidak. yang coba daging kepalaku terjemahkan adalah aku berusaha. ya, aku hanya sedang berusaha, mengusahakan sesuatu. sesuatu yang bahkan secara abstrakpun tidak terjelaskan bentuknya. 
selalu saja ketikanku akhir-akhir ini memuakkan. tapi urusanlah, aku mengetik untuk melegakan, tidak ambil pusing dengan rasa lambungku yang asamnya menyembul melewati batas aman. 

selamat malam komunikasi abjad, selamat mengeja pengertian dan maksud di setiap spasi katanya.


diketik,
oleh peronce mimpi yang tak pernah bosan


Selasa, 04 November 2014

05:55

it's too early for write something here
even i just already woke up and washed my face.



first time i write in English. try to remember all grammars that been start to fade away cause it never used to write something grammatically like i usually do in school -since i already in college, so i never do it again haha- Been too long for waiting and memorizing everything, i randomly start write in English, after i read a lot of writings on my friend's blog. None of my sentence looks good to me. Keep thinking if it is proper or not. But like i said in the beginning, it's too early to write something, just keep my hand ticking the keyboard without any concern of it. 

Twins, 05:55.
three number that i saw in the right-corner of my laptop screen.
but it keep going and changes in line with this early-writing-after-woke-up. Some said that those twins number means something. Someone in somewhere missing us, they said. Based on the serial of alphabet, you can find the clue, the first alphabet for the name about who is missing you. Just counting it. 1 for A, 2 for B, 3 for C and so on. and how about 5? 5 for E. Still no thoughts about who that have "E" as first alphabet in their name who are missed me, haha. 
But i've been thinking about missing you. Have you been recognize it? Keep my mind straight is the harddest things to do when you always came up in my dreams. HAH. it's too melancholic. girls never wait for something bad, and we just keep waiting for something good to happen. Even we know, both of bad or good things happen based on the way it supposed to be happen. Girl-things, maybe. Sometimes, missing somebody is just like swimming. In one side you were happy for having time to play around in the water, but in the other side you were unhappy cause you get wet and need to change your clothes and if you don't, you'll quickly get cold. We'll push to realize if there isn't always a good things waiting for us. Not always. Especially when you start missing somebody.

All those random things keep going and spinning in my brain, ask to getting out cause my brain have no enough space and screaming for another things more matter than those girl-things -or maybe it's just me trying to keep it out of my mind- But i still gonna say thanks, for you who make me know how the taste for missing somebody again. 

Ah yeay. it slap me. Again, still, it's too early for writing and talking about you, dude.


regards,
from someone under the table








Sabtu, 01 November 2014

Meracau Itu Sah-sah Saja

Halo, selamat sore.
Selamat menikmati sepoi senja yang menyapu langit di sibakan jendela kamarmu.

Aku tergelitik untuk menulis lagi, hanya saja dengan cara yang cukup romantis, haha.

Sebenarnya aku juga tak tau ingin menulis apa. Tapi karena ditekan beban yang bahkan tidak pernah mengucap salam inilah, aku memberanikan kosakata-kosakata ngawur membuai suasana senjamu. Jadi, siap-siap saja bosan dengan segala ke-sok-tahuanku, ya.

Akhir-akhir ini, semuanya terantuk pada dinding yang sama. Entah keegoisan atau rasa gengsi yang tingginya melebihi tower provider di samping rumahku, semuanya terlampau membosankan untuk diulang dan dipermasalahkan, lagi, untuk kesekian kalinya. Aku ternyata mulai menyayangimu, sungguh. Tidak tau skala seperti apa yang aku pakai sehingga aku bisa berasumsi demikian. Hanya saja aku seperti dicekik rindu. Rindu yang kata orang bisa membuatmu menjadi pemilik cinta. yang mengantarmu pada lahan bunga-bunga yang mekar perlambang kebahagian. Ugh, aku mual sendiri pada gombalanku, haha. Wacana mu terlampau melebihi daftar, bung. Janjimu yang membuatku berharap seperti anak kecil yang berpegang pada gigi tanggal yang disembunyikan di bawah bantalnya. Muluk. Mencoba berimajinasi bahwa akan ada pagi dimana aku bersorak kegilaan mendapati dibawah bantalku terselip hadiah pengganti gigi tanggalku itu. Sayangnya, gigi tanggal itu tetaplah gigi tanggal. Diam. Dingin. Entah kenapa, rasanya memang aku perlu bangun dan melemparkan gigi itu ke luar jendela. Berharap pengharapan itu terbuang jauh, tidak mengkungkungku dalam kotak yang sama. AH OMONG KOSONG. Tanganku sampai geli sendiri melihat tulisan ini. Risih. Nadanya membual terlalu tinggi. Tapi yasudahlah. toh aku sudah bilang kalau memang ingin meracau.


Selamat menikmati senja, untukmu yang hadir dibawah langit yang sama. Untukmu yang pada akhirnya membuatku berhenti pada titik yang tak pernah pindah. Ketika lajur waktu itu mendetakkan detik-detiknya dan menit hari-hariku bergerak stagnan. Ya, kamu, sekali lagi, selamat berjanji melarung hati.



oleh,
pelaut dalam kemasan berbentuk hati