Rabu, 09 Januari 2013

Mimpi itu Nyata - 5cm


mungkin aku satu-satunya yang telat sama euforia film ini. mungkin juga aku satu-satunya yang nunggu ga jelas sendirian, sampe film ini diputer di Studio 3 Grand21 di SGM jam 16.25. tapi yang aku tau, aku bukan satu-satunya yang rasa penasarannya tergelitik akan kisah manis persahabatan, cinta, dan mimpi, sebagaimana dipamerkan diposternya di depan pintu masuk bioskop. yap, inilah film fenomenal itu, 5cm

uda dari kemaren-kemaren ni, temen-temenku pada ngobrooooooool ngalor-ngidul soal nih film. mulai dari kisah nya lah, setting nya lah, bahkan sampe kegantengan pemainnya (makluum, ada Herjunot Ali yang maen, wihihihi). Sempet kena virus "ngebet nonton" sih, tapi kalo dipikir-pikir, entar aja deh nontonnya. Selain alasan gapunya duit, berlapi-lapis alasan layaknya lapis legit, juga mendukung buat meng-cancel jadwal nonton ni film jadi semakin terlaksana. pertama ya pengen denger ceritanya dulu dari temen-temen yang semangat banget koar-koar abis nonton filmnya. selain itu, nyoba sok tau dikit-dikit soal apa yang diceritain. makluum, belon baca bukunya juga wekawekaweka. abis denger penjelasan mereka yang berorasi mengenai "wajib nonton ni film" akhirnya kuputuskan buat nonton ni film. tapi dengan satu kondisi. aku nontonnya musti sendiri.


bukan karena gaada temen atopun gandengan *eh*, tapi yang pasti, pengen ngambil sedalem apa makna nya bakal nyangkut sama hati dan pikiran ane. karena biasanya, kalo ada temen nonton, pasti adaaaaaa aja yang disangkutin sama obrolan ditengah nonton, dan itu ga asik beud. tapi bukan berarti yang suka nonton berdua ato rame-rame satu kelas barengan itu gabisa nyaring makna lho yaaaa~ hanya saja itu adalah pengalaman saya sendiri. pribadi. dan bukan rekayasa. naaah, makanyaaa, mumpung lagi liburan -sebenernya gajelas ini uda libur apa belon- akhirnya kuputuskan untuk nonton ni film. selain hari ini harinya aktif kerja, aku pikir gabakal rame dan tiketnya "murah". eh lhakok ternyata ada peraturan baru kalau tiket bioskop senin-minggu itu harganya sama. betapaaaaaaaa~ eits, bukan berarti itu halangan! teteeeup, cuus tancep beli tiket. tapi masalahnya, jarak beli sama pemutaran film itu sekitar 1,5-2 jam. kebayang kan betapa kesepiannya daku tanpa teman kluntang-kluntung gajelas di mall buat nungguin film ini. harapannya siiiih, film ini keren, bermakna, dan membekas. dan pada kenyataannya, setelah nonton ini film, everything is true. what they're talking about, no one have a closeness with lie.



gimana engga, nih film berhasil sukses jaya bikin aku dan penonton satu studio nyebut "masyaallah" dan "subhanallah". paling sering karena setting kerennya. pemandangan alam ditepian jalur kereta api, pantulan cahaya di Ranu Kumbolo, dan tentu saja samudera awan di puncak Mahameru. perjalanan 5 sahabat yang paling banyak menyoroti langkah mereka mencapai puncak Mahameru, sangat apik terekam melalui pilihan angle dan sorotan keindahan alam Mahameru sebagai latarbelakangnya. Di detik ini pula sekujur tubuhku merinding. gatau kenapa, hanya saja saat itu pula mataku ga kedip, dan bibirku terus aja nyebut "subhanallah". di saat itu pula, layar itu menampakkan agungnya ciptaan Sang Maha Kuasa di bumi pertiwiku ini, Indonesia. mungkin tanpa kita sadari, film ini mengajak kita mengenal tanah kita lebih dekat. mengenal apa itu pertiwi. mengenal setiap jengkal isinya. dan dimana tanpa sadar kita telah menjadi bagian darinya. jika kalian benar-benar mendengarkan, banyak sekali pesan dalam cuplikan dialog maupun monolog film ini. tapi yang paling aku ingat ada 3, diucapin sama Ian 2x, dan Zhafran 1x. ga terlalu jelas juga sih seutuhnya gimana, tapi yang paling penting, dialog mapun monolog itu mencerminkan, mereka bangga jadi Indonesia, dan berjanji untuk menjaga Indonesia :)
"Gue lahir disini. Make tanahnya , minum airnya. Ya masa gue gak ada rasa terimakasihnya" (Ian,5cm)



disisi kedua, film ini membahas cinta. bumbu paling mujarab yang selalu ada dalam setiap film. tapi sayangnya, di film ini, bukan menjadi bumbu utama, melainkan hanya sampingan. tapi bumbu sampingan ini sukses bikin aku salut sama alur ceritanya. aku dibuat ga nyangka. aku pikir bakal ada kisah cinta yang standar antara Zhafran-Arinda (adeknya Arial) dan Genta-Ariani, eh malah diputer jadi cinta segiempat antara Genta->Ariani->Zhafran->Arinda->Genta . mumet kan? mestinya. betapa surprise ini dibungkus apik dengan detail-detail yang mungkin agak sulit ditangkap dan memang sengaja disamarkan oleh sutradaranya. yaaah, cukup berhasil mengundang decak kagum lah. walopun buat kisah cinta ini, cenderung dibikin agak ngebut dan nggantung. but anyweeeeey, disini dibukakanlah mata hatiku dengan salah satu puisinya Zhafran yang diomongin sama Ian n Genta, "cinta itu harus diungkapkan. orang yang tidak pernah menyatakan cintanya, adalah orang yang hanya mencintai dirinya sendiri".



dan untuk sisi yang terakhir, yang pula membuat pelupuk mataku penuh. film ini menyoroti, mimpi. ya, mimpi. impian manusia. impian 5 orang insan muda. dan mungkin, impian mereka-mereka yang akhirnya berani bermimpi dan meyakini mimpinya setelah menonton film ini. begitu juga aku. ketika film ini menampakkan begitu besarnya kenyamanan, keindahan, dan kepuasan yang harus kita raih dalam proses yang tidak mudah. ketika kita mempunyai mimpi dan banyak orang-orang disekitar kita yang selalu menyoraki agar kita mampu meraihnya. ketika setiap mimpi kita mempunyai waktu untuk mendapatkan jalannya, kemudian berhenti sesaat pada sebuah halangan, tapi memunculkan sinarnya kembali di puncak raihan tangan. impian disetiap jengkal jari manusia. impian yang selalu memenuhi rongga otak kita. impian yang selalu bergelut sabar dengan keyakinan akan kemampuan kita. dan impian yang selalu hadir dalam alam bawah sadar kita. disini kita dibangunkan dengan entakan kasar bahwa kita itu mampu. sejauh apapun, setinggi apapun, sedalam apapun, setiap mimpi itu punya arti. setiap mimpi itu punya proses, setiap mimpi itu punya jalan, dan setiap mimpi itu punya pencapaian. film ini mengajakku lebih dekat mengerti mengenai mimpi. mengenai mereka yang berusaha meraihnya. mungkin terlalu munafik jika aku bilang kalo aku sudah tau, tapi terlalu polos juga jika aku bilang kalau aku tidak tau. disini, meraba mimpi bukanlah hal sulit. karena di film ini, ditampakkan jelas bahwa kita mampu menggenggamnya. mendekapnya. bahkan berjalan beriringan dengannya. karena disini pula, mimpi memperlihatkan kemampuannya. mengubah setiap anak manusia dalam memantapkan langkahnya, dan merubah segala ragu menjadi sebuah keyakinan yang mengakar dalam setiap dada mereka. di film ini, 5 sahabat ini, merangkul mereka yang menonton untuk merasakan bahwa mimpi mereka nyata. bahwa mimpi mereka terwujud. bahwa bermimpi tidak pernah sia-sia. sepanjang kau yakin dan mampu memantapkan hatimu untuk meraihnya. sebagaimana kutipan paling populer di film maupun novelnya, film ini, dengan sangat sukses, sekali lagi, mengajakku untuk bermimpi dan menggantungkannya tepat di depan mataku. tidak hanya itu, aku menggenggamnya ditiap sela jemariku, dan mendekapnya dalam dadaku. untuk itu, selamat buat Dhonny Dirgantoro, anda lebih dari sekadar novelis bestseller. anda adalah seorang pembangun mimpi. seorang yang dengan setianya menerjemahkan apa itu arti impian, dan menuangkannya dalam sebuah tulisan. congrats, dude.



karena film ini pula, aku meyakini mimpi-mimpiku kelak. yaaaa walopun masi gamang akan apa yang aku impikan, tapi paling tidak, aku sudah berani bermimpi. satu langkah awal untuk sebuah langkah besar, bukan?



untuk ketikan terakhir, ku persembahkan ruang bagi kutipan penggetar bulu kudukku, kutipan jujur tiada batas, kutipan yang mempunyai makna paling dalam. 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar